Sejarah Islam di Selandia Baru
Selandia Baru, sebuah negara yang dikenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan dan budaya Māori yang kaya, juga memiliki sejarah Islam yang menarik dan terus berkembang. Kisah komunitas Muslim di negeri ini dimulai jauh sebelum banyak orang menyadarinya.
Awal Mula Kedatangan Muslim
Sejarah Islam di Selandia Baru dapat dilacak kembali ke tahun 1850-an. Pada masa itu, para penambang emas Muslim dari Tiongkok tiba di kota Dunedin, Pulau Selatan. Meskipun mereka datang untuk mencari kekayaan, keberadaan mereka menandai gelombang pertama imigrasi Muslim ke Selandia Baru. Namun, komunitas ini relatif kecil dan tidak meninggalkan jejak yang signifikan.
Gelombang imigrasi Muslim yang lebih besar dan terorganisir terjadi pada abad ke-20. Sekitar tahun 1900-an, beberapa keluarga dari Gujarat, India, yang sering disebut sebagai “Muslim Indo-Fijian,” mulai menetap di Selandia Baru. Mereka kebanyakan datang melalui Fiji dan mendirikan bisnis kecil.
Pembentukan Komunitas dan Organisasi
Momen penting dalam sejarah Islam di Selandia Baru adalah pendirian Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru (FIANZ) pada tahun 1979. Organisasi ini dibentuk oleh para pemimpin Muslim dari berbagai latar belakang etnis untuk menyatukan dan mewakili kepentingan komunitas Muslim di seluruh negeri.
Pembangunan masjid-masjid juga menjadi tonggak penting. Masjid pertama di Selandia Baru adalah Masjid Jamia di Auckland, yang didirikan pada tahun 1979. Kehadiran masjid ini memberikan tempat bagi Muslim untuk beribadah, berkumpul, dan memperkuat ikatan komunitas. Seiring berjalannya waktu, jumlah masjid dan pusat Islam terus bertambah, termasuk di kota-kota besar seperti Wellington dan Christchurch.
Pengaruh Migrasi dan Perkembangan Saat Ini
Pada paruh kedua abad ke-20, Selandia Baru menjadi tujuan bagi para migran Muslim dari berbagai negara. Gelombang besar datang dari Timur Tengah (Irak, Suriah), Asia Selatan (Pakistan, Bangladesh), Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia), dan Afrika (Somalia, Mesir). Setiap kelompok membawa serta kekayaan budaya dan tradisi Islam yang berbeda, yang membuat komunitas Muslim Selandia Baru menjadi sangat beragam dan multikultural.
Saat ini, Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di Selandia Baru. Menurut sensus tahun 2018, jumlah Muslim di Selandia Baru mencapai lebih dari 57.000 jiwa. Angka ini terus meningkat, mencerminkan adanya migrasi berkelanjutan dan konversi.
Komunitas Muslim Selandia Baru aktif dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, politik, dan kegiatan sosial. Mereka mendirikan sekolah Islam, terlibat dalam dialog antar-agama, dan berkontribusi secara signifikan pada perekonomian dan budaya negara.
Tragedi dan Resiliensi
Pada tanggal 15 Maret 2019, komunitas Muslim Selandia Baru menghadapi tragedi yang mengerikan. Serangan teroris di dua masjid di Christchurch, Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, merenggut 51 nyawa dan melukai puluhan lainnya. Peristiwa ini mengguncang tidak hanya komunitas Muslim, tetapi juga seluruh Selandia Baru dan dunia.
Namun, di tengah kesedihan, terjadi pula manifestasi luar biasa dari resiliensi dan persatuan. Perdana Menteri Jacinda Ardern dan rakyat Selandia Baru menunjukkan dukungan yang tak tergoyahkan. Mereka berdiri bahu membahu dengan komunitas Muslim, memberikan solidaritas, dan menolak kebencian. Tragedi ini menjadi pengingat bagi dunia tentang pentingnya toleransi, kasih sayang, dan menentang ekstremisme.
Sejarah Islam di Selandia Baru adalah kisah tentang perjuangan, pertumbuhan, dan penerimaan. Dari penambang emas awal hingga komunitas yang dinamis dan multikultural saat ini, Muslim Selandia Baru telah menjadi bagian integral dari identitas bangsa. Kisah mereka adalah bukti nyata bahwa keragaman dapat menjadi kekuatan dan bahwa, bahkan setelah tragedi, persatuan dan harapan akan selalu menang.