Mengenal Sunan Drajat, Wali Songo Pembawa Damai
Di antara sembilan wali penyebar Islam di Jawa, nama Sunan Drajat mungkin tak sepopuler Sunan Kalijaga atau Sunan Ampel. Namun, peran dan kontribusinya dalam membangun peradaban Islam yang humanis serta berorientasi pada kesejahteraan sosial patut diacungi jempol. Dikenal dengan nama asli Raden Qosim, Beliau adalah putra dari Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Jejak dakwahnya yang berpusat di Lamongan, Jawa Timur, hingga kini masih terasa kuat, menjadikannya salah satu figur sentral dalam sejarah Islam di Nusantara.

Latar Belakang dan Pendidikan Sunan Drajat
Raden Qosim lahir sekitar tahun 1470 Masehi di Ampel Denta, Surabaya. Lingkungan keluarga yang agamis dan berilmu tinggi membentuk karakternya sejak dini. Ia mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang dikenal sebagai salah satu perencana utama dakwah Islam di Jawa. Dari Sunan Ampel, Raden Qosim tidak hanya mempelajari ilmu agama yang mendalam, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan kepemimpinan.
Pendidikan inilah yang kelak menjadi fondasi bagi pendekatan dakwah Sunan Drajat yang unik. Beliau tidak hanya mengajarkan syariat Islam, tetapi juga menekankan pentingnya moral, etika, dan kepedulian terhadap sesama. Konon, ia juga menimba ilmu dari berbagai ulama lain, memperkaya khazanah keilmuannya sebelum akhirnya terjun langsung ke medan dakwah.
Filosofi Dakwah: "Pepali Pitu" dan Kesejahteraan Sosial
Corak dakwahnyat sangat khas dan membedakannya dari wali lainnya. Beliau dikenal sebagai wali yang sangat peduli terhadap masalah sosial dan ekonomi masyarakat. Prinsip dakwahnya dapat dirangkum dalam "Pepali Pitu" atau Tujuh Perkara, yang intinya mengajarkan:
"Memangun resep tyasing
sasama": Selalu berbuat baik kepada sesama manusia.
"Jroning
suka kudu eling lan waspada": Dalam kesenangan harus ingat
dan waspada.
"Laksitaning
subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah": Dalam
menjalankan perbuatan baik tidak boleh menghiraukan rintangan.
"Mrih
kretarto pakartining ngelmu luhung kang tumrap ing jiwangga":
Berusaha agar ilmu yang mulia itu dapat bermanfaat bagi diri sendiri.
"Ing
ngasepana aja nganti lali marang kabecikan":
Jangan sampai lupa akan kebaikan.
"Waspada
purworekaning ngasep ana": Selalu waspada terhadap
godaan.
"Mrih
dumadi sakatoge sakaparipurnaning lampah":
Berusaha agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan sempurna.
Pepali Pitu ini bukan sekadar ajaran moral, melainkan juga panduan praktis untuk mencapai keharmonisan sosial. Beliau mengajarkan pentingnya gotong royong, tolong-menolong, dan empati terhadap kaum yang lemah. Beliau bahkan mendirikan pesantren yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga keterampilan praktis seperti bertani dan beternak, sehingga santri-santrinya mampu mandiri secara ekonomi. Inilah yang menjadikannya sebagai pelopor kesejahteraan sosial pada masanya.
Peran dan Kontribusi Sunan Drajat dalam Penyebaran Islam
Lokasi dakwahnya dipusatkan di Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Beliau memilih strategi dakwah yang akulturatif, yakni memadukan ajaran Islam dengan budaya lokal yang sudah ada. Hal ini memudahkan penerimaan masyarakat terhadap ajaran baru. Raden Qosim memanfaatkan media seni, seperti gamelan dan tembang Macapat, sebagai sarana dakwah. Konon, tembang "Pangkur" adalah salah satu karya beliau yang sarat makna keagamaan dan moral.
Selain itu, Sunan Drajat juga dikenal sebagai sosok yang cakap dalam ilmu arsitektur. Kompleks makam dan masjid peninggalannya menunjukkan kemegahan dan keunikan arsitektur khas Jawa yang berpadu dengan sentuhan Islam. Beliau juga membangun fasilitas umum seperti sumur dan irigasi, menunjukkan kepeduliannya terhadap kebutuhan dasar masyarakat.
Peninggalan dan Warisan
Hingga saat ini, jejaknya masih dapat ditemui di Lamongan. Kompleks Makamnyat di Desa Drajat, Paciran, menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi peziarah. Di sana, terdapat museum yang menyimpan berbagai artefak dan peninggalan bersejarah Sunan Drajat, termasuk alat musik gamelan dan benda-benda kuno lainnya.
Warisan terpentingnya adalah filosofi dakwahnya yang menekankan kesejahteraan sosial dan kemanusiaan. Ajaran "Pepali Pitu" tetap relevan hingga kini sebagai panduan moral bagi masyarakat. Beliau menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap aspek duniawi dan ukhrawi secara seimbang, serta selalu mengedepankan perdamaian dan toleransi.
Kesimpulan: Inspirasi dari Sunan Drajat untuk Masa Kini
Beliau adalah figur yang menginspirasi, tak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh masyarakat. Pendekatan dakwahnya yang humanis, inklusif, dan berorientasi pada pembangunan sosial ekonomi adalah teladan yang patut dicontoh. Di tengah tantangan zaman modern, nilai-nilai yang diajarkan seperti kepedulian sosial, gotong royong, kemandirian, menjadi semakin penting. Mengunjungi makamnya atau mempelajari ajarannya adalah cara terbaik untuk mengenang dan mengambil hikmah dari sang pelopor kesejahteraan sosial di Tanah Jawa.